"Segala apapun yang ada di dunia ini hanyalah sementara dan merupakan titipan dari yang Maha Kuasa. Maka, jagalah titipan tersebut. Namun jika telah waktunya sang Maha Kuasa ingin mengambil kembali titipan itu, maka ikhlaskanlah."
Kalimat tersebut entah kenapa selalu terngiang-ngiang di kepala saya beberapa hari ini. Maybe it's a strong signal that I will loose something or someone. And yeah, it happened! AGAIN
Pada tanggal 15 Oktober 2015 lalu saya mendapatkan musibah yang lumayan berat namun ringan. Saya kehilangan sebuah ransel yang berisi laptop, kamera Nikon D 5100, passport, 2 buah handphone, dan perintilan lainnya yang lumayan penting seperti buku panduan hunting beasiswa dan kacamata (yang tanpanya semua objek di dunia ini tidak lagi tampak HD terutama umtuk seseorang bermata minus 5.00 seperti saya). In short, kehilangan itu terjadi di sebuah R n R (Rest and Relaxation) di area Negeri Sembilan, Malaysia. Saat itu saya sedang dalam perjalanan dari Singapore ke Kuala Lumpur dengan menggunakan bus. Kejadiannya lumayan cepat, saya meninggalkan tas tersebut di dalam bus karena harus ke kaunter handphone untuk memotong kartu provider Malaysia menjadi nano card. Asumsi saya tas tersebut akan aman-aman saja berada di sana (karena selama 5 tahun tinggal di Malaysia, saya tidak pernah kehilangan benda penting apapun). Saya cuma membawa handphone beserta dompet menuju kaunter tersebut. Sekembalinya ke bus, saya asyik online. Hingga satu jam kemudian, saat bus sudah meluncur menuju KL saya sadar bahwa tas saya hilang.
Sisa foto bersama ransel yang menyimpan banyak cerita
As a quite impulsive and expressive person, biasanya saya heboh. Tapi entah kenapa malam itu saya cuma bisa senyum-senyum tenang dan berpikiran positif kalau Tuhan akan membalas ini semua dengan kebaikan yang berlipat ganda kalau saya tidak banyak mengeluh dan terus tabah. Sampai-sampai Pak Polisi di Bangsar Police Station was looking at me with a pity and said,"Akak dah sholat ke belum? Surau ade kat atas.". Mungkin bapak itu tau kalau ketenangan batin yang paling mutlak adalah ketika saya mengembalikan semuanya kepada Tuhan.
Kenapa saya bilang itu termasuk ujian yang lumayan berat namun ringan? Berat karena saya punya banyak alasan untuk mengatakan itu berat. I was financially broke at that time because I was just developing my start-up business, laptop and camera are crucial gadgets that I always use in that business, and many other complicated reasons. Tetapi di atas semua cobaan itu, saya sadar bahwa sebetulnya ini adalah salah satu "kehilangan teringan" yang pernah saya alami. Ada yang aneh ketika saya tidak sedih berlebihan dan move on dengan saat cepat, mungkin karena aslinya saya orang yang lumayan emosional. Tadinya saya berpikir, apa iman saya lagi kuat? LOL. Yang saya expose saat itu bukanlah poin-poin material yang equal dengan kerugian besar, namun solusi dan perilaku apa yang harus saya ambil setelah itu. Di situ saya melihat kualitas baru yang bermunculan dalam diri saya. So, instead of being all sad and grumpy, I became more grateful, optimistic, evaluative and extra careful.
------
Perhaps, my extra carefulness is not yet matured. On 27 April 2016, saya kembali kehilangan sebuah handphone yang umurnya belum genap 1 tahun. Lagi-lagi kehati-hatian saya diuji saat sedang travelling. Di Botani Square Bogor saya yang susah lepas dari handphone tidak biasanya menaruhnya di sudut toilet. Waktu itu memang agak rieweh karena celana saya tidak memiliki kantong dan saya malas menaruh handphone tersebut ke dalam ransel. Kurang dari 5 menit setelah keluar dari toilet saya baru tersadar bahwa handphone saya tertinggal di sana. Dari situ saya sudah mencamkan dalam hati untuk ikhlas walaupun saya masih berusaha mencarinya dengan melihat record CCTV yang ada di mall tersebut. Ingin marah? Panik? Hm, I was,. Tapi lebih panikan teman saya yang heboh mondar-mandir mencari bantuan dan menanyakan if I am OK.
Ini bukan soal materi, karena kalau soal materi saya akan menangis siang malam sebab saya juga tidak punya banyak uang untuk membeli handphone baru. Setiap barang saya hilang, yang sebetulnya membuat saya merasa "lost" adalah memori berharga dengan barang tersebut, kegunaannya dalam membantu pekerjaan sehari-hari, hingga files yang tidak bisa saya miliki kembali. Karena jikalau gadget-nya yang hilang (walaupun bernilai cukup mahal), bisa dibeli kembali kalau ada rezeki. But we can't buy beautiful memories.
------
Sungguh banyak pelajaran yang saya ambil dari peristiwa ini. Dan ada beberapa hal yang ingin saya share dengan teman semua.
Setiap orang di dunia ini pasti punya sisi baik, but THEY NEED MONEY
Sometimes I have this silly thought that maybe by letting go the stolen belongings, I am actually transferring my "wealth" to the people who need it. Even though I know that stealing is never be a good excuse to "get rich". Tapi mungkin saya kurang bersedekah, dan pencurinya perlu uang. Di atas itu semua saya berdoa semoga baik saya dan pencuri barang-barang saya disejahterakan rezekinya oleh Tuhan. Aamiin. Tapi perlu diingat bahwa segala sesuatu yang dititipkan Tuhan untuk kita adalah hadiah yang berharga, maka berwaspadalah dan jagalah dengan sebaik mungkin. Jadi bukan berarti kita mesti pasrah-pasrah saja ya kalau terkena musibah :)
Travelling yang simple-simple saja, jangan rieweh
Karena saya selalu kehilangan barang saat travelling, saya nampaknya memang harus meminimalisir barang bawaan di ransel dan lebih berhati-hati dalam menjaganya. Sebetulnya saya lumayan simple dalam ber-traveling seperti dengan beralas kaki santai (sandal gunung) dan berpakaian serta berjilbab simple (tidak banyak peniti). Namun sepertinya saya mesti lebih banyak mengevaluasi barang yang saya bawa dengan apa yang dibutuhkan. Misalkan, sebagai orang yang hobby melukis saya selalu membawa sketchbook yang ukurannya lumayan besar, mungkin hendaknya saya membawa yang kecil saja. Selain itu kalau takut bau badan sebaiknya cukup membawa botol minyak wangi berukuran minimalis. Untuk urusan gadget, kita bisa men-charge baterai handphone/kamera dengan maksimal sebelum jalan-jalan dan tidak memakainya secara berlebihan agar tidak perlu membawa charger atau power bank yang kabelnya sering melintir ke sana-sini. Untuk yang hobby photography mungkin bisa mulai memilih photography device yang lebih nyaman dibawa misalnya dengan membawa kamera pocket instead of DLSR yang relatif lebih berat.
AGAIN, BE CAREFUL!
Travelling adalah hal yang menyenangkan walau kadang memang melelahkan. Tapi jangan sampai kelelahan membuat kita lengah. Ibu saya selalu menasehati saya untuk selalu mengecek barang bawaan saya kemanapun saya pergi. Meletakkan mereka di tempat yang mudah dijangkau adalah pilihan yang tepat terutama saat bepergian sendiri. Jika memang ingin menitipkannya kepada orang lain, maka titiplah kepada orang yang terpercaya atau tempat penitipan yang dirasa credible.
Untuk barang yang bersifat soft copy, kita bisa lebih berhati-hati dengan rajin mem-back up data-data penting tersebut ke tempat yang lebih aman seperti hard disc atau google drive dan drop box.
Everything happens for a greater reason, so STAY POSITIVE
"Ketika kehilangan dan diuji, apapun bentuknya, bersyukur dan ikhlas adalah cara tepat, terlebih lagi manfaatnya jiwa jadi tentram. Caranya? Ingat pesan Allah saja. 'Di balik kesusahan pasti ada kemudahan'. Dia tidak pernah mengingkari janji-Nya kepada kita, malah ditambah lagi, kalau kita bersyukur, nikmat kita akan ditambah
Ù„َئِÙ† Ø´َÙƒَرْتُÙ…ْ Ù„َØ£َزِيدَÙ†َّÙƒُÙ…ْ
Jadi? Tanya hati, nikmat Tuhan manakah yang kau dustai?"
Di atas adalah kutipan caption foto di instagram saya saat kehilangan tas Oktober 2015 lalu. Sahabat saya pernah bilang bahwa segala yang kita alami adalah part of the life cycle yang no matter what harus harus tempuh. Kehilangan dalam apapun bentuknya adalah suatu latihan untuk menghadapi kehilangan-kehilangan yang lebih menyakitkan seperti kematian orang terdekat atau kehilangan harta yang lebih banyak jumlahnya. Semua yang diamanahkan kepada kita pada akhirnya akan kembali kepada-Nya, maka tidak layak kita senang berlebihan apalagi bersombong ria.
Di saat ujian melanda, artinya kita sedang diingatkan untuk mengenang hal-hal yang mungkin selama ini salah atau lupa kita lakukan. Oleh karena itu, bermuhasabah/self reflection adalah penting. Namun ujian bukan untuk melemahkan kita, karena pasti ada hal indah yang tersembunyi di dalamnya. Saat saya menceritakan berita kehilangan saya kepada teman-teman, mereka ikut mendoakan bahwa nantinya segala kesusahan akan dibalas dengan kemudahan. Dan saya percaya itu.
------
Cerita ini saya tuliskan dengan maksud menasehati diri saya sendiri. Sangat membahagiakan jika secara tidak langsung tulisan ini bisa memberikan manfaat bagi teman yang membacanya. Semoga kita semua menjadi orang yang amanah atas segala pemberian dari Tuhan. Aamiin